Jumat, 10 April 2015

Gabus Kuah Kuning



Gabus kuah kuning, menu hari ini (Jumat, 10 April 2015)... rasanya enak & gurih... tanpa penyedap tentunya... saya beli di pasar dekat rumah ... kata abang penjualnya, ikan gabus ini diperoleh dari hasil memancing di danau rawa jalan Juanda Depok, karena memang ikan ini hidupnya dirawa. Benar saja, saat membersihkan ikan ini, si abang mengeluarkan mata pancingan dari perutnya... kandungan gizi ikan gabus sangat baik sekali, mengandung albumin yg lebih tinggi dibanding ikan air tawar lainnya, seperti lele, ikan mas dan patin... #gabus #kulinernajah #tanpapenyedap #lauk #ikan #marimakansehat


Bahan : 
Ikan Gabus 1/2 kg

Bumbu : 
Bawang merah
Bawang Putih
Jahe satu ruas jari
Kunyit satu ruas jari
Kemiri 6 buah
sereh 2 batang 
Daun jeruk 
Jeruk nipis 2 sdm
Tomat satu ukuran sedang
Cabe rawit 

Cara membuatnya  :
Ikan gabus disiangi, dicuci bersih, beri jeruk nipis dan garam, diamkan 15 menit.
Rebus air 1/2 liter hingga mendidih, masukkan bumbu halus (bawang mewah putih, jahe, kunyit, kemiri), daun jeruk, sereh,  tunggu sampai bumbu matang, masukan ikan, tomat iris, dan cabai rawit yang masih utuh, garam dan air jeruk nipis, tunggu sampai matang, angkat, makan dengan nasi hangat. 

Selasa, 24 Maret 2015

Lempah Kuning




Lempah kuning ini adalah masakan khas pulau Bangka... aku modifikasi sedikit ...Aku peroleh resep ini dari teman sekamar suami saat dirawat di RSKD. Rasanya enak... tanpa bumbu penyedap tentunya...


bahan : 
ikan kembung 1/2 kg
jamur segengam
buncis segenggam
kentang 2 buah ukuran sedang 

Bumbu : 
Cabe merah 7 buah 
Bawang merah 6 buah
Jahe 1 ruas jari
Lengkuas 2 ruas jari di keprek
Daun jeruk 5 lembar  
Terasi satu sendok teh
Asam jawa satu sendok makan 
Tomat hijau 3 buah dipotong-potong
air 1/2 liter

Cara membuatnya : 
Ikan kembung dicuci bersih beri jeruk nipis dan garam, diamkan 15 menit. Blender cabe, bawang, jahe, terasi. Taruh semua bumbu ke dalam wajan beri air 1/2 liter, setelah mendidih, masukkan ikan kembung yang sudah dicuci bersih juga potongan kentang, biarkan sampai mendidih, selanjutnya masukkan jamur dan buncis, tunggu airnya agak kering, angkat. Makan selagi hangat.  

Cumi Udang Saos Tomat

 


Masakan ini saya bikin, atas ide dari anak kedua saya, ingin dibuatkan udang ala restoran yang ada saos tomatnya. Saya tidak ingin menggunakan saos tomat botolan, karena saya sudah lama berusaha tidak menggunakan saos tomat botolan maupun bumbu penyedap lainnya ke dalam masakan saya. Saya ingin  yang alami. Jadilah ini... tetap enak, tanpa bumbu penyedap dan tanpa pengawet yang biasanya ada di dalam saos tomat botolan. Coba deh... lebih sehat tentunya... tapi jangan sering-sering karena cumi dan udang dapat memicu kolesterol tinggi...hehehe...


Bahan : 
Cumi 1/2 kg
Udang 1/4 kg

Bumbu : 
Cabe merah 5 buah iris tipis
Bawang putih 3 siung di iris tipis
Bawang bombay ukuran besar diiris tipis
Tomat 5 buah ukuran sedang
Jahe 1 ruas jari
Daun jeruk 5 lembar
Garam 
Gula 
Minyak goreng untuk menumis

Cara membuatnya : 
Cuci udang dan cumi hingga bersih, buang tinta hitamnya, potong-potong sesuai selera. Beri jeruk nipis dan garam diamkan 15 menit. Blender semua tomat hingga halus. Tumis bawang putih, bombay, cabe, jahe, daun jeruk hingga harum, masukkan udang dan cumi yang telah dicuci bersih. Setelah setengah matang, masukkan tomat yang sudah diblender sebagai saosnya, aduk rata, tambahkan garam dan gula secukupnya. Beri air sedikit. Agar kuahnya kental, beri satu sendok makan tepung mazena yang sudah dicairkan. Diamkan hingga mendidih. Setelah kuah agak kering, angkat. Makan selagi hangat.

Pengat Tuwis Bandeng ( Masakan khas Gayo) Aceh Tengah





Masakan ini merupakan masakan khas daerah suku Gayo di Aceh Tengah. Ibu saya kebetulan berasal dari sana. Sejak kecil saya sering makan masakan ini. Selain bandeng, ikan lain juga bisa sebagai gantinya, seperti ikan patin, ikan mas, mujaer, lele juga boleh. Biasanya kalau ikan patin dan ikan mas dicampur dengan kacang panjang. Kalau ikan bandeng, enaknya dengan rebung. Masakan ini mirip dengan Ikan arsik dari Medan, Sumut.

Bahan : 
Ikan Bandeng 1/2 kg
Rebung 1/4 sudah diasamkan

Bumbu
Bawang merah 6 buah 
Cabe merah 8 buah, kalau mau pedas bisa ditambahkan
Kunyit 2 ruang jari
Tomat 1 buah ukuran sedang 
Jahe 1 ruas jari
Daun jeruk 5 lembar
Jeruk nipis satu buah 
Garam secukupnya
Air 1/5 liter

Cara membuatnya : 
Bersihkan ikan bandeng, setelah itu lumuri dengan jeruk nipis diberi garam sedikit, diamkan 15 menit.
Blender semua bumbu, kecuali daun jeruk dan jeruk nipis. Masukan ikan bandeng dan rebung yang sudah dicuci bersih, campurkan bumbu yang sudah diblender ke dalam wajan, taruh jeruk nipis, garam dan daun jeruk. Beri air secukupnya. Diamkan hingga mendidih dan airnya kering. Rasanya, pedas dan asam.

Selasa, 10 Maret 2015

Tanda-tanda kepergianmu....

Suami saya menderita sakit sekitar 7 bulan, sebelum akhirnya dipanggil yang Maha Kuasa pada hari Minggu, tanggal 18 Mei 2014 lalu. Saya ingin berbagi pengalaman atau sharing kepada pada pembaca yang sempat membaca blog saya ini. 

Suami saya menderita sakit kanker paru-paru stadium 4 yang sudah menyebar ke kepala. Pernah dirawat di dua rumah sakit. Saat pertama kali dirawat di RSKD, dokter spesialis paru-parunya sudah bilang ke saya bahwa menurut teori buku, usia suami ibu sekitar 6 bulan, tapi yang Maha Kuasa yang menentukan segalanya.Terakhir, sebelum beliau meninggal, sempat dirawat di RSKD Slipi sekitar 2,5 bulan.


Selama suami dirawat, saya sempat membaca di Internet, "tanda-tanda 100 hari menjelang kematian". Namun, kok sepertinya saya tetap tidak menyadari apa yang menjadi tanda-tanda sebelum kepergian almarhum. Saya menyadarinya setelah almarhum tiada. Diantara tanda-tanda itu, orang yang sakit terlihat seperti mau sembuh. 
  
Demikian juga dengan suami saya. Seminggu sebelum beliau meninggal, dia terlihat lebih segar dan makannya lebih banyak dari biasanya. Biasanya cuma 2 atau 3 suap, ini habis separuh piring, saya tentu saja senang. Saya lihat kakinya yang sebelah kiri, sudah bisa lurus. Ditambah memang suami disarankan dokter untuk dirawat di rumah atau home care atau pengobatan Valiatif.

Tiga hari sebelum almarhum meninggal, dia bilang, ada bapaknya datang. Mungkin ini yang dibilang orang-orang tua dulu, biasanya orang sebelum meninggal dijemput oleh orang tuanya yang sudah meninggal lebih dulu.  Sehari sebelum dia meninggal, hari sabtu sore, dia bilang juga ada banyak orang datang tapi saya tidak melihatnya, demikian juga malam harinya, katanya di belakang saya ada orang, tapi saya tidak melihatnya juga. 

Hari minggu pagi, seperti biasanya, saya mandikan dia, kali ini lebih bersih dari biasanya, kebetulan dia buang air besar, saya bersihkan sebersih-bersihnya pakai sabun,  seperti terbersit dalam pikiran saya,  apakah ini membersihkan diri yang terakhir, demikian terlintas dalam pikiran saya. 

Memang, pasca operasi dibagian kepala (jumat, 21 Maret 2014) bagian sebelah kiri badan suami  tidak bisa lagi digerakkan. Sejak itu, hampir setiap hari saya mandikan, di atas tempat tidur rumah sakit. Pertama-tama dibantu oleh perawat, lama-kelamaan saya bisa mandiri tanpa bantuan orang lain, termasuk ketika dia buang air besar, sekaligus mengganti seprei tempat tidur rumah sakit. Saya lakukan sendiri.  Alhamdulillah, saya diberi kekuatan dan kesehatan untuk merawat suami dengan tulus dan ikhlas. Saya berharap kesembuhan, namun Allah mempunyai rencana lain yang terbaik buat almarhum. Dia kembali kepada NYA dalam keadaan yang baik. 

Hari Minggu, sekitar sekitar jam  6 pagi, ketika bangun pagi, dia bilang, "ma kaki saya kok yang kanan baal (kebal)". Saya coba untuk mengangkat kaki kanannya disertai cubitan, ternyata memang tidak terasa, katanya. Kemudian, suami bilang bahwa ada orang di kakinya, tapi kami tidak melihat ada orang. Suami mengeluh sesak nafas, kemudian dipindahkan ke ruang darurat, dipasangi alat deteksi jantung, oksigen tambahan, dsb. Sekitar jam 10 pagi, suami sempat meminta maaf kepada saya dan teman sekamar suami. Kepada anak kami, dia masih sempat bilang, "Tan, papa kritis tan". Selanjutnya, tangan kanannya mulai tidak bisa digerakan. Saya dan keponakan, membacakan yasin di telinganya, sampai saat menjelang ajalnya, anak kami Sultan membacakan asma Allah di telinga sebelah kiri, saya di sebelah kanan, kepalanya miring ke kanan. Perlahan-lahan nafasnya semakin lambat, sampai akhirnya berhenti sekitar jam 14:45. Innalillahi wainnailaihi rojiun. Saya cium keningnya, saya ucapkan, "Mama sayang sama papa, Allah lebih sayang sama Papa". Saya usap wajahnya. Semoga sakitnya menjadi khifarat (pengampunan dosa) baginya. Setelah itu,  baru saya nangis memeluk anak saya.

Dilihat dari kejadian diatas, jika dikaitkan dengan "100 hari menjelang tanda-tanda kematian", saya perhatikan hampir sama, namun sayang saya tidak menyadarinya, seperti ada yang menutup mata pikiran saya. Seminggu terakhir terlihat lebih segar, seakan mau sembuh, sering melihat orang tapi kita tidak melihatnya, yang sebenarnya menurut ibu saya, itu adalah malaikat penjemput. Pencabutan ruh suami saya, menurut ibu saya, sudah dimulai dari pagi hari sejak dia mengatakan kakinya baal (kebal). Subhanallah... dimulai dari kaki, perlahan-lahan sekali, bahkan ketika sudah mencapai lengan, dia masih bisa berbicara, mengatakan tanganya mulai baal...sampai akhirnya tiada. Semoga khusnul khotimah, Yaa Allah.

Oya, disaat yang bersamaan, di rumah kakak suami,  sedang diadakan pengajian anak yatim untuk adiknya yang sedang sakit ini. Menurut kakak suami, kepergian  almarhum hampir bersamaan dengan waktu selesainya pengajian yatim di rumahnya.

Saya selalu berdoa untuk suami saya, demikian juga anak-anak, selalu saya ingatkan untuk senantiasa mendoakan papanya.   

















Jumat, 27 Februari 2015

Liburan Imlek ... Menginap dua malam di Royal Safari Garden di Cisarua

Liburan Imlek kemaren, hari Kamis malam, keponakan telepon mengajak untuk menginap di Cisarua, Jawa Barat. Alhamdulillah, tentu saja senang. Saya dan anak-anak dijemput oleh supirnya,  kami berangkat Jumat sore (20/02/2015), lumayan macet setelah keluar tol Ciawi, tiba di sana sekitar jam 19:30 malam.

Kami menginap di Royal Safari Garden, selama dua malam. Setiba di sana, setelah istirahat sebentar, kami makan malam di restoran di kawasan resort ini. Restoran ini lumayan luas. Pengunjung dapat menikmati pertunjukan barongsai sambil menikmati makan malam, karena memang sedang imlek, jadinya ada barongsai. Anak-anak tentu sangat senang sekali. Juga ada atraksi hewan, burung dan anjing pudel yang lucu-lucu, diakhiri dengan pertunjukan musik, penyanyinya suaranya bagus banget. Di area restoran ini, dibagian belakang terdapat penangkaran macan tutul yang dikelilingi oleh kaca, anak-anak dapat melihat dari luar. Juga ada burung kakak tua, dan bisa foto bersama burung-burung tersebut. Makanan di restoran ini juga enak-enak dan variasinya lumayan banyak.

Keesokan paginya, setelah sarapan di restoran yang sama, kami menikmati berbagai macam jenis fasilitas permainan di Royal Safari Garden ini. Ternyata resort ini luas sekali, memanjang  ke belakang, terlihat dari depan tidak begitu luas. Pagi hari anak-anak berenang  di kolam renang.  Setelah puas berenang, anak-anak menikmati aneka permainan yang tersedia disini. Sepertinya resort ini milik taman safari, karena disini juga ada taman burung, terdapat berbagai macam jenis burung, taman bermain, anak-anak juga dapat naik kuda, gajah dan onta. Bom-bom car juga ada, kereta mini, bebek-bebekan, flying fox. Memancing, memberi makan kerbau, banteng, rusa, kelinci, ada juga permainan pain ball. Untuk pengunjung yang menginap disediakan sejumlah tiket gratis untuk beberapa arena permainan. Harga dari masing-masing permainan bervariasi. Naik gajah dan kuda per anak Rp, 30.000, Fly Fox Rp. 35.000,  bom-bom car Rp. 25.000, Kereta mini Rp. 25.000, memancing Rp. 25.000, pain ball sekali bermain Rp. 25.000, memberi makan hewan Rp. 15.000 per keranjang kecil... Oyaa... pengunjung juga dapat naik kereta mini keliling kawasan ini sepuasnya, gratis tidak bayar. Terdapat juga penyewaan sepeda. Ada sepeda single, double, dan triple. Untuk sepeda triple pemakaian sejam dikenakan biaya Rp. 50.000 plus deposit Rp. 50.000 yang dapat diambil kembali. Ada juga tempat untuk pijat reflexi setelah lelah beraktivitas di resort ini.

Setelah puas bermain aneka permainan di kawasan ini, kami istirahat kembali ke kamar, untuk sholat zuhur dan makan siang. Keponakan mengajak makan siang di Restoran Rindu Alam, di Puncak Pas. Saya memesan, sayur asem, petai bakar, ikan asin jambal plus sambal terasi. ehmm nikmat.

Selepas makan siang, kami balik lagi ke Royal Safari Resort, hari sudah sore. Selanjutnya kami sholat asar, sehabis magrib kami makan malam lagi di restoran di dalam resort ini, sambil menikmati kembali pertunjukan barongsai, atraksi binatang dan hiburan musik dari girlband yang lumayan terkenal, saya lupa nama grup nya. Juga ada doorprize untuk para pengunjung restoran.

Hari mingggu pagi, karena check out siang jam 12, kami masih menikmati kembali fasilitas yang ada di sini. Anak-anak memang tidak bosan-bosannya bermain, hari ini ditambah dengan memancing bersama. Pulangnya, kami makan siang di Rumah makan Ma'Pinah. Saya memesan es kelapa muda, gurame bakar, sayur asem plus sambal. Rasanya lebih juara dibandingkan di Rindu Alam kemarin siang. Alhamdulillah...Terima kasih banyak yaa... mba iis dan mas edi yang baik hati.... kapan-kapan ajak lagi yaaa..... @ngarep.com    :D


















 

Senin, 19 Januari 2015

Tahun baruan di Pantai yang murah meriah ....

Acara tahun baruan kali ini sangat mendadak, tapi lumayan seru juga. Ceritanya begini... sehari sebelum tahun baru, tanggal 30 Desember 2014, kakak saya telepon, "kita tahun baruan di pantai yukkk".... "Waduhh, mendadak banget, mana dapat tempat menginap kalau mendadak", ujar saya. Ga papa, kalau enggak dapat penginapan, kita nginep dimana kek, yang penting di pinggir pantai, katanya.... 
Tujuan kami, ke pantai Kelapa Tujuh di kawasan Cilegon, setelah pelabuhan Merak. Setibanya di pantai Kelapa Tujuh, ternyata pantainya kurang terawat dan kurang cocok untuk anak-anak berenang. Jadilah kami putar balik arah menuju kawasan pantai Anyer dan sekitarnya,  setelah sebelumnya sempat mampir di Pelabuhan Merak....lumayan, anak-anak senang melihat kapal-kapal besar bersandar di pelabuhan. 
Setibanya di kawasan Anyer, hari sudah mulai gelap... benar saja, hampir semua penginapan penuh, kalaupun ada harganya mahal sekali.... Akhirnya kami menginap, tepatnya istirahat,  di saung yang berada  pinggir pantai di Tanjung Tum, Anyer. Biaya masuk ke Pantai Tanjung Tum satu mobil Rp. 50.000, sewa saung semalam sampai keesokan harinya,  setelah ditawar-tawarkan Rp. 400.000, ini harga tahun baru, katanya. Hari biasa hanya sekitar Rp. 150.000. 

Ternyata ramai juga, hampir semua saung penuh. Menjelang tengah malam kami bakar jagung dan menyalakan petasan. Suara petasan tidak henti-hentinya berbunyi saling bersahutan, belum lagi acara musik yang hingar bingar sampai azan subuh baru berhenti... ampunnn dehh.... tapi anak-anak pada senang. Pagi harinya, anak-anak pada berenang di pantai. Menjelang siang, kami baru pulang meninggalkan pantai Tanjung Tum, Anyer.


Pelabuhan Merak 


































Pantai Tanjung Tum, Anyer