Saya dan keluarga berkunjung ke kampung halaman kami di Aceh, dari tanggal 20 - 30 Desember 2015. Rencana kunjungan ini berawal dari saudara sepupu datang dari Aceh mengabarkan akan menikahkan anaknya. Kebetulan abang saya, juga akan pulang kampung dan dia pulang ke Aceh lewat jalan darat, bawa mobil bersama anak dan istrinya. Jadilah, kami kuatkan tekad untuk sekalian pulang kampung dengan niat silaturahim dan ziarah ke makam ayahanda di Kutacane, Aceh Tenggara. Karena ada mobil abang saya yang akan mengantarkan kami kesana ke mari di Aceh sana. Lebih leluasa, tidak perlu sewa mobil.
Kami berangkat hari Minggu, 20 Desember 2015 dari bandara Halim Perdanakusumah dengan penerbangan perdana jam 05.25. Tiba di Banda Aceh jam 08.30. Ini kali pertama saya dan kakak saya ke Banda Aceh, meskipun kami orang Aceh, karena setiap pulang kampung ke Takengon selalu melalui Medan langsung ke Takengon, tidak melewati Banda Aceh. Setiba di Bandara Sutan Iskandar Muda, kami di jemput mobil travel yang sudah dipesan oleh sepupu yang mau ngawinin anaknya. Kami tiba di Takengon, Aceh Tengah sekitar jam 6 sore, menjelang magrib.
Takengon adalah ibukota dari kabupaten Aceh Tengah, berudara dingin, dikelilingi oleh pegunungan, terdapat dua tempat wisata yang terkenal Danau Laut Tawar dan Pantan Terong. Ibu saya berasal dari Takengon, Aceh Tengah, sedangkan ayah berasal dari Kutacane, Aceh Tenggara. Saya dilahirkan di Kutacane, umur 2 tahun di bawa ke Takengon, kemudian besar di pinggiran Jakarta, tepatnya di Depok.
Takengon adalah ibukota dari kabupaten Aceh Tengah, berudara dingin, dikelilingi oleh pegunungan, terdapat dua tempat wisata yang terkenal Danau Laut Tawar dan Pantan Terong. Ibu saya berasal dari Takengon, Aceh Tengah, sedangkan ayah berasal dari Kutacane, Aceh Tenggara. Saya dilahirkan di Kutacane, umur 2 tahun di bawa ke Takengon, kemudian besar di pinggiran Jakarta, tepatnya di Depok.
bandara Sutan Iskandar Muda, Banda Aceh
Keesokan harinya, Senin, 22 Desember 2015, sehabis sholat subuh, kami jalan kaki ke pasar paya ilang, beli sayuran dan tentu saja ikan depik, ikan yang hanya ada di Danau Laut Tawar. Satu bambu Rp. 110.000... ehm lumayan mahal...mungkin karena sudah langka... Sore hari, kami melakukan ziarah kubur ke makam kakek dan nenek di kampung Kebet, sekalian silaturahim dengan saudara-saudara di sana, juga menyempatkan diri ke Pantan Terong, lokasi wisata baru yang ada disana. Sayang, karena sudah sore dan terhalang kabut, kami hanya sebentar disana. Padahal, Pantan Terong sangat indah, karena dari atas gunung ini, seluruh kota Takengon tampak terlihat jelas, termasuk Danau Laut Tawar nan elok itu.
Takengon 20 - 28 Desember 2015
Pasar Paya Ilang
Kebet
Makam kakek dan nenek
Danau Laut Tawar tampak dari Pantan Terong
Danau Laut Tawar nan indah
Danau Laut Tawar
Burni Gajah
Hari Selasa, 22 Desember 2015 sekitar jam 10 pagi, kami berangkat menuju Kutacane, Aceh Tenggara, kota kelahiranku. Kami mengambil jalan alternatif, melewati danau laut tawar, ke ujung bintang, terus menuju Ise-ise, lewat Blang Kejeren dan pengunungan Leuser. Perjalanan kali ini benar-benar menguji adrenalin kami. Jalan berkelok-kelok dan berliku-liku mengitari gunung dan bukit, sehingga kedua kakak saya yang biasanya tidak muntah, kali ini muntah. Banyak jalan longsor, sering sekali kami temui buldozer dan becho sedang mengeruk tanah yang longsor. Di kiri kanan jalan, tebing tinggi dan jurang yang terjal, sepanjang mata memandang hanya hutan dan gunung. Jalan kami sempat terhenti sekitar satu jam karena ada perbaikan jalan, Kami hanya menemui beberapa kampung, diantaranya kampung ise-ise, tempat kami makan siang. Berikutnya kami istirahat sebentar di sebuah kampung sebelum pegunungan Leuser. Kami tiba di Kutacane sekitar jam 8 malam. Dan kami berjanji, pulang nanti tidak lagi melewati jalan alternatif ini. Kapok, ceritanya.
perbaikan jalan
Kutacane 22 - 23 Desember 2015
Lemang
Masjid Agung At-Taqwa
ehhh... ada monyet nangkring...
menuju Samosir
Banda Aceh 28-30 Desember 2015
Masjid Raya Baiturrahman, sedang dalam renovasi
Museum Tsunami
Kapal PLTD Apung
RM Spesifik Aceh
Pantai Ulee Lheue
sunset di Ulee Lheue
Lontong Medan
Pantai Ujong Batee
RM Selera Ujong Batee
Makam ayahanda tercinta
Lemang
Masjid Agung At-Taqwa
di rumah saudara sepupu
Dari Kutacane, kami ke Danau Toba. Ini sebenarnya di luar rencana. Seperti saya sebutkan tadi diatas, kami kapok pulang ke Takengon melewati jalan alternatif kemarin, karena terlalu beresiko. Akhirnya, kami memutuskan melalui jalan provinsi jalur Medan - Takengon yang relarif jalannya lebih lebar dan bagus. Karena dari Kutacane ke Danau Toba, katanya hanya 5 jam, maka kami memutuskan untuk singgah ke Danau Toba, yang memang belum pernah kami kunjungi. Jadilah kami berangkat ke Danau Toba dari Kutacane, hari selasa sekitar jam 6 sore. Abang saya menggunakan mesin GPS untuk menuju Danau Toba. Rupanya, abang saya salah dalam menggunakan GPS ini, abang saya mengetik langsung Danau Toba saat di masih di Kutacane, seharusnya dia ketik berastagi atau parapat... jadilah kami nyasar ke pulau Samosir, di tengah malam yang sunyi senyap karena hampir semua penduduk sudah terlelap. Kami melewati kawasan Sidikalang yang berliku-liku. Hadeuuhhh.... Sempat juga di tengah jalan terjadi accident kecil.... alhamdulillah, dibantu sama penduduk setempat, yang ternyata baik-baik, menolong kami untuk menderek mobil abang saya, meskipun harus membayar sejumlah biaya.... alhamdulillah lagi, kami semua selamat dan mobil abang saya juga tidak kenapa-kenapa.... Allahuakbar.... Allah Maha Besar.
Tapi apapun... akhirnya sampai juga kami di Danau Toba ... perjalanan panjang dan melelahkan terbalaskan dengan pemandangan Danau Toba nan Indah. Dan ternyata Danau Toba dan pulau Samosir itu sangat luas dan besar sekali, tidak seperti yang ada dalam bayangan saya.....Subhanallah, sungguh indah maha karya MU.... kami menginap semalam di Parapat... sempat juga menyeberang ke pulau Samosir menggunakan kapal Ferry kecil... Penginapan disana juga tidak terlalu mahal, kami dapat penginapan yang murah sekitar 300 ribuan, kapal ferry per orang hanya 10 ribu saja. Makan juga tidak terlalu mahal.
Danau Toba 23 - 25 Desember 2015
ehhh... ada monyet nangkring...
menuju Samosir
Hari Senin sore, tanggal 28 Desember 2015 kami pulang melalui Banda Aceh. Di Banda Aceh kami mengunjungi masjid raya Baiturrahman yang sedang direnovasi, Museum Tsunami dan Kapal PLTD Apung, kapal yang terdampar ke daratan saat gelombang tsunami menerjang Provinsi Aceh. Kami makan siang di RM Spesifik Aceh, makan di sini tidak terlalu mahal, kami makan bersembilan hanya 280 ribu saja. Sore harinya, kami sempatkan ke Pantai Ulee Lheue, beli oleh-oleh dan makan duren di Leumbata. Dan esok paginya ke Pantai Ujong Batee, makan siang di RM Selera Ujong Batee, juga tidak mahal, hanya 186 ribu saja, sore hari kami terbang untuk kembali ke Jakarta. Alhamdullilahh. Fabiayyialaairabbikumatukadzibann.
Masjid Raya Baiturrahman, sedang dalam renovasi
Museum Tsunami
Kapal PLTD Apung
RM Spesifik Aceh
Pantai Ulee Lheue
sunset di Ulee Lheue
Lontong Medan
Pantai Ujong Batee
RM Selera Ujong Batee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar